Partikel Penegas –Lah, -Kah, -Tah, Pun | Klarifikasi Dan Contohnya

Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya
Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya

Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak takluk (tidak mengikuti) perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringi saja. Ada empat macam partikel penegas yaitu partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, ketiganya yakni partikel yang bersifat klitika, melekat pada kata yang diikuti. Juga ada partikel pun yang tidak bersifat klitika.

Berikut klarifikasi lengkap mengenai masing-masing partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, dan partikel pun beserta pembagian dan fungsi maknya secara renik (detil).

Partikel Pun


1. Partikel –kah

Partikel –kah berbentuk klitika dan bersifat manasuka sanggup menegaskan kalimat interogatif (kalimat tanya). Berikut ini yakni ketentuan pemakaiannya:

a. Jika digunakan dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah  kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.

Contoh:
-       Dia ang akan datang. (Kalimat deklaratif)
-       Diakah yang akan datang? (Kalimat interogatif)

b. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya: apa, di mana, dan bagamaina, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menyebabkan kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.

Contoh:
-       Apa ibumu sudah datang?
-       Apakah ibumu sudah datang?
-       Bagaimana cara menuntaskan soal ini?
-       Bagaimanakah cara menuntaskan soal ini?
-       Ke mana bawah umur itu pergi?
-       Ke manakah bawah umur itu pergi?

c. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya yakni interogatif, maka partikel –kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Terkadang urutan kata dalam kalimatnya dibalik.

Contoh:
-       Akan tiba beliau nanti malam?
-       Akan datangkah beliau nanti malam?
-       Akankah beliau tiba nanti malam?

-       Harus saya yang mulai duluan?
-       Haruskah saya yang mulai duluan?
-       Harus akukah yang mulai duluan?

-       Tidak sanggup beliau mengurus problem sekecil itu?
-       Tidakkah sanggup beliau mengurus problem sekecil itu?
-       Tidak dapatkah beliau mengurus problem sekecil itu?

2. Partikel –lah

Partikel –lah, juga berbentuk klitika, digunakan dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Imperatif = kalimat perintah. Deklaratif = kalimat berita. Berikut ini yakni kaidah dan ketentuan pemakaiannya:

a. Dalam kalimat imperatif (perintah), parikel –lah digunakan untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.

Contoh:
-       Bawalah kendaraan beroda empat ini ke bengkel besok pagi!
-       Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
-       Kalau Anda mau, ambillah satu!

b. Dalam kalimat deklaratif, partikel –lah digunakan untuk memperlihatkan ketegasan yang sedikit keras.

Contoh:
-       Dari ceritamu, jelaslah beliau yang salah.
-       Inilah gerakah pembaruan.
-       Kitalah pemangku masa depan negeri ini.
-       Diam sajalah kalau memang tidak mengerti.

Jadi, partikel –lah sanggup berfungsi memperhalus makna kalimat tetapi di satu sisi juga sanggup mempertegas makna kalimat. Dalam kalimat imperatif (kalimat perintah) partikel –lah sanggup memperhalus maksud. Sementara pada kalimat deklaratif (kalimat berita) partikel –lah sanggup mempertegas maksud.

3. Partikel –tah

Partikel –tah yakni partikel yang berbentuk klitika dan digunakan dalam kalimat interogatif. Bedanya kalimat interogatif (kalimat tanya) yang memakai partikel –tah biasanya tidak membutuhkan jawaban. Karena seperti hanya menanyakan pada diri sendiri dan mempunyai tanggapan yang sudah jelas. Atau hanya sebab kesangsian (ketidak-yakinan) akan kebenaran yang sedang dihadapi.

Partikel –tah banyak digunakan dalam karya sastra dan dongeng melayu klasik. Sudah jarang (bahkan tidak pernah) digunakan lagi dalam penggunaan bahasa Indonesia modern.

Contoh:
-       Apatah artinya berpikir kalau sedang galau begini?
-       Siapatah gerangan yang sudi menolongku?
-       Apatah beliau yang akan datang?

4. Partikel pun

Berbeda dengan partikel lain di atas, yang digunakan di kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Partikel pun hanya digunakan dalam kalimat deklaratif. Cara menulisnya yakni dipisah dengan kata yang ada di depannya (dispasi).

Berikut ini merupakan kaidah penulisan dan makna partikel pun:

a. Partikel ‘pun’ digunakan untuk mengeraskan arti kata yang sedang diiringinya.

Contoh:
-       Mereka pun akibatnya baiklah dengan seruan kita.
-       Siapa pun yang tidak baiklah niscaya akan diawasi olehnya.
-       Yang tidak perlu pun dibelinya juga.

Dari pemakaian partikel ‘pun’ di atas, sanggup diketahui bahwa partikel pun cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.

Perlu digarisbawahi bahwa partikel ‘pun’ pada kongjuntor (kata hubung) ditulis serangkai (tanpa spasi). Kaprikornus ejaannya menjadi: walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, seklaipun, biarpun, dan sungguhpun.

Berbeda penulisan dengan ejaan-ejaan berikut ini: merekap pun, itu pun, makan pun, ini pun. Dalam ejaan tersebut penulisan partikel pun dipisan dari kata yang ada di depannya.

b. Dengan arti yang sama ibarat pada penjelasn di atas, partikel pun sering pula digunakan bersama partikel –lah. Hal ini untuk membuktikan perbuatan atau proses mulai berlaku atau proses mulai terjadi.

Contoh:
-       Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
-       Tidak usang lalu hujan pun turunlah dengan sangat deras.
-       Para anggota yang menolak pun mulailah turun ke jalan.


Sekian klarifikasi ihwal partikel –lah, -tah, -kah, dan partikel pun. Semoga memperlihatkan manfaat meskipun sedikit.
LihatTutupKomentar