. Sejarah [Kerajaan] Bali Lengkap, meliputi pemerintahan kerajaan bali, raja-raja dinasti Warmadewa & setelahnya, kehidupan ekonomi, sosial budaya & peninggalan Sejarah kerajaan Bali.
 ![Sejarah [Kerajaan] Bali Lengkap   Sejarah [Kerajaan] Bali Lengkap](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib2VdE-LX9Tf2yEFfslFzQSSU92VJMD_5LKgLe9jJfKSQPC3fzFgZWTyaPSWjHf4-_K24qUcpNUpb2HEnT-njtKOrani3hUZ6u9XxynUcJGreDD1tPLJ8uuOIkWd6uczINn5y-6oBq-es/s320/sejarah+kerajaan+bali+lengkap.jpg) 
  Sejarah kerajaan Bali  merupakan salah satu bagian dari Sejarah kehidupan masyarakat bali  secara keseluruhan. Bagian pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa  kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara  kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. [Kerajaan] Bali  pertama pada saat itu kemungkinan bernama [Kerajaan] Bedahulu &  dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan  Gelgel mengambil alih, & dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung  setelahnya. Pada masa Klungkung, terjadi perpecahan yang menyebabkan  kerajaan Klungkung terbagi menjadi delapan buah kerajaan kecil yang juga  dikenal di Bali sebagai swapraja.
  Sejarah Kerajaan Bali Lengkap
 Meskipun tidak banyak yang tahu tentang Sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau yang biasa juga disebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. [Kerajaan] yang terpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar, [Kerajaan] Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya, kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
 A. RAJA-RAJA KERAJAAN BALI 
  Raja-raja Dinasri Warmadewa 
  1. Sri Kesari Warmadewa
 
  Sri Kesari Warmadewa adalah salah satu dari Wangsa Warmadewa, dimana  mereka merupakan salah satu keluarga bangsawan yang memiliki kuasa besar  akan pulau Bali di masa lalu. Sri Kesari sendiri, menurut riwayat lisan  yang beredar telah berkuasa sejak abad ke-10, & namanya bisa  ditemukan dalam sebuah prasasti di Sanur, bernama prasasti Blanjong.  Tertulisnya nama Sri Kesari di dalam prasasti tadi membuatnya menjadi  raja pertama di Bali yang namanya ada dalam catatan tertulis. Dari  prasati tadi juga, diketahui bahwa Sri Kesari ternyata merupakan seorang  penganut Buddha Mahayana & bahwa dinasti ini memiliki sebuah hubungan  yang amat dekat dengan penguasa kerajaan Medang di Jawa Timur sekitar  abad 10 hingga 11.
  2. Ugrasena 
  Setelah Sri Kesari turun jabatan, kerajaan Bali yang saat itu dikenal  dengan kerajaan Bedahulu, dilanjutkan oleh Sang Ratu Ugrasena. Ugrasena  diperkirakan memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa  Timur, yaitu sekitar 915 hingga 942. Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia  terkenal sering merilis prasasti yang memiliki hubungan dengan  kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat kerajaannya  seperti perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan  penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin  berziarah. Bukti fisik tentang kepemimpinan Ugrasena tercatat dalam  beberapa prasasti, antara lain Prasasti Srokada A & Goblek Pura Batur  A. Seluruh prasasti yang memuat namanya selalu tertulis dalam bahasa  Bali kuno, & dimulai dengan sebuah perkataan yang berbunyi yumu  pakatahu, berarti “ketahuilah oleh kalian semua”.
  3. Aji Tabanendra Warmadewa 
  Pengganti Raja Ugrasena adalah  anaknya yaitu Aji Tabanendra Warmadewa. M  bersama istrinya, Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmadewi. Beliau memerintah dari tahun 943 hingga 961
  4. Sri Candrabaya Singa Warmadewa / Jayasingha Warmadewa 
  Raja inilah yang membuat  telaga (pemandian) dari sumber suci di desa Manukraya. Pemandian  itu disebut Tirta Empul, terletak di dekat Tampaksiring. Raja Jayasingha  Warmadewa memerintah sampai tahun 961- 975 M. 
  5. Sri Janasadu Warmadewa 
  Raja Jayasingha digantikan  oleh Janasadhu Warmadewa. Ia memerintah tahun 975 – 983 M. Tidak ada  keterangan lain yang dapat diperoleh dari raja ini, kecuali tentang  anugerah raja kepada desa Jalah. 
  6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi
  Pada tahun 983 M, muncul seorang raja  wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi (983 – 989 M). 
  7. Sri Udayana Warmadewa
  Pengganti Sri Wijaya Mahadewi bernama  Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya, Gunapriya  Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendradatta, putri dari  Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Sebelum naik takhta,  diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tergores dalam  prasasti Jalatunda.
  Pada tahun 1001 M, Gunapriya meninggal  & dicandikan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya sendirian  hingga wafat pada tahun 1011 M. Ia dicandikan di Banuwka. Hal ini  disimpulkan dari prasasti Air Hwang (1011) yang hanya menyebutkan nama  Udayana sendiri. Adapun dalam prasasti Ujung (Hyang) disebutkan bahwa  setelah wafat, Udayana dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja  Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, & Anak  Wungsu.
  Airlangga tidak pernah memerintah di  Bali karena menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur. Oleh karena itu,  yang menggantikan Raja Udayana dan Gunapriya adalah Marakata. 
  8. Sri Dharmawangsawardhana Marakata  
  Setelah  naik takhta, Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata  Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakata memerintah dari tahun 1011 hingga  1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga. Oleh karena  adanya persamaan unsur nama & masa pemerintahannya, seorang ahli  sejarah, Stuterheim, berpendapat bahwa Marakata sebenarnya adalah  Airlangga.
  Apalagi jika dilihat dari kepribadian  & cara memimpin yang memiliki kesamaan. Oleh rakyatnya, Marakata  dipandang sebagai sumber kebenaran hukum yang selalu dilindungi &  memerhatikan rakyat. Ia sangat disegani & ditaati oleh  rakyatnya. Persamaan lain Marakata dengan Airlangga adalah Marakata juga  membangun sebuah presada atau candi di Gunung Kawi di daerah  Tampaksiring, Bali. Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata  digantikan adiknya, Anak Wungsu.
  9. Anak Wungsu 
  Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira  Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Anak Wungsu  adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih  dari 28 prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, & Bali  Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049  sampai 1077. Ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Anak Wungsu  tidak memiliki keturunan. Ia wafat pada tahun 1077 & dimakamkan  di Gunung Kawi, Tampaksiring. Berakhirlah dinasti Warmadewa.
 
  Pemerintahan setelah dinasti Warmadewa
 Setelah berakhirnya pemerintahan dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapa orang raja silih berganti. Raja-raja yang perlu diketahui sebagai berikut.
 1. Jayasakti
  Jayasakti memerintah dari tahun 1133  sampai tahun 1150 M, sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri.  dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat  pusat yang terdiri atas para senopati & pendeta, baik dari agama Hindu  maupun dari agama Buddha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah  kitab Utara Widhi Balawandan kitab Rajawacana. Kitab undang-undang ini  merupakan peninggalan kebudayaan dari masa pemerintahan Jayasakti  yang cukup tinggi. Kitab ini juga dipakai pada masa pemerintahan Ratu  Sakalendukirana dan penerusnya. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan,  diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasakti, agama Buddha & Syiwa  berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu.  Raja Jayasakti sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
  2. Ragajaya
  Ragajaya mulai memerintah pada tahun  1155 M, namun kapan berakhirnya tidak diketahui sebab tidak ada sumber  tertulis yang menjelaskan hal tersebut.
  3. Jayapangus (1177 – 1181)
  Raja Jayapangus dianggap sebagai  penyelamat rakyat yang terkena malapetaka akibat lalai menjalankan  ibadah. Raja ini menerima wahyu dari dewa untuk mengajak rakyat kembali  melakukan upacara keagamaan yang sampai sekarang dikenal & diperingati  sebagai upacara Galungan. Kitab undang-undang yang digunakannya adalah  kitab Mana Wakamandaka.
  4. Ekajalancana
  Ekajalancana memerintah pada sekitar  tahun 1200 – 1204 M. Dalam memerintah, Ekajalancana dibantu oleh ibunya  yang bernama Sri Maharaja Aryadegjaya.
  5. Sri Asta Asuratna 
  Sejarah kerajaan Bali mencapai babak baru ketika  pada masa pemerintahan Sri Astatura Ratna Bumi Banten pada tahun 1332  hingga 1343, terjadi ekspedisi Gajah Mada ke Bali. Ekspedisi Gajah Mada  dimulai dengan membunuh Kebo Iwa yang ia anggap sebagai sebuah  penghalang misi ini. Cara pembunuhannya adalah dengan menawarkan  perdamaian pada raja Bali sehingga Kebo Iwa dapat dikirim untuk datang  ke Majapahit & kemudian dinikahkan. Alih-alih dijemput oleh pengantin,  yang menjemput Kebo Iwa begitu ia tiba di Majapahit adalah kematian.  Tewasnya Kebo Iwa ini mempermudah Adityawarman menaklukkan Bali di tahun  1343.
  Penundukkan Bali ini kemudian mendorong didirikannya sebuah dinasti  boneka di Samprangan yang kini bernama Gianyar, dekat dengan Bedulu.  Pendirian dinasti ini mengambil waktu saat Gajah Mada masih memimpin,  & dinasti yang bernama Samprangan ini memiliki raja pertama bernama  Sri Aji Kresna Kepakisan. Sri Aji memiliki tiga orang anak, & satu di  antaranya adalah Dalem Samprangan yang setelah menjabat dinilai tidak  pantas menjadi raja & digantikan oleh adiknya yang paling muda, Dalem  Ketut. Raja terakhir dalam periode yang disebut dengan nama periode  Gelgel adalah Dalem Di Made pada tahun 1605 hingga 1686.
   Sejarah kerajaan Bali berakhir dengan periode kerajaan  Klungkung yang sebenarnya masih tetap bagian dari dinasti Gelgel.  Diketahui pada akhirnya bahwa yang mengakhiri masa pemerintahan dinasti  Gelgel adalah pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti karena kesal  kekalahannya tidak berarti pemulihan kembali oleh Dalem Di Made.  Pemimpin pertama dari era Klungkung ini bernama Dewa Agung Jambe yang  memerintah pada tahun 1710 hingga tahun 1775. Di masa ini, kerajaan bali  terpecah menjadi delapan buah kerajaan kecil (sembilan jika menghitung  Klungkung sendiri), yaitu: Badung, Mengwi, Bangli, Buleleng, Gianyar,  Karangasem, Tabanan, & Denpasar.
  B. Kehidupan EKONOMI
  Kegiatan  ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu  didasarkan pada beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang  berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara  lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), &  kasuwakan (irigasi).
  Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut.
 - Pande (Pandai = Perajin)Mereka mempunyai kepandaian membuat kerajaan perhiasan dari bahan emas & perak, membuat peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, & senjata.
- UndagiMereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, & membuat bangunan.
- PedagangPedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki (wanigrama) & pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan perdagangan antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).
 C. Kehidupan SOSIAL BUDAYA
  Struktur masyarakat yang berkembang pada masa [Kerajaan] Bali Kuno didasarkan pada hal sebagai berikut.
 - Sistem Kasta (Caturwarna)Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di Bali sistem kemasyarakatannya juga dibedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk masyarakat yang berada di luar kasta disebut budak atau njaba.
- Sistem Hak WarisPewarisan harta benda dalam suatu keluarga dibedakan atas anak laki-laki & anak perempuan. Anak laki-laki memiliki hak waris lebih besar dibandingkan anak perempuan.
- Sistem KesenianKesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno dibedakan atas sistem kesenian keraton & sistem kesenian rakyat.
- Agama & KepercayaanMasyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar, mereka tetap mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyangnya. Dengan demikian, di Bali dikenal ada penganut agama Hindu, Buddha, & kepercayaan animisme.
 D. PENINGGALAN KERAJAAN BALI
  - Prasasti Blanjong
  - Prasasti Panglapuan
  - Prasasti Gunung Panulisan 
  - Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
  - Candi Padas di Gunung Kawi
  - Pura Agung Besakih
  - Candi Mengening 
  - Candi Wasan.  
   Referensi : 
  http://www.pengertiansejarah.com/sejarah-kerajaan-bali.html
  http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-bali-lengkap.html
   /search?q=sejarah-kerajaan-bali-lengkap 
  Demikian artikel tentang Sejarah [Kerajaan]  Bali Lengkap, meliputi pemerintahan kerajaan bali, raja-raja dinasti  Warmadewa & setelahnya, kehidupan ekonomi, sosial budaya &  peninggalan Sejarah kerajaan Bali. Semoga bermanfaat,,, 
 
